Kamis, 08 Mei 2014

Pengembang Properti Tolak Pencabutan Subsidi untuk Rumah Tapak


http://images.detik.com/content/2014/05/08/1016/134828_rumah.jpg
Jakarta -Pengembang properti menolak penghapusan subsidi rumah tapak berlaku di seluruh Indonesia. Mereka ingin pencabutan subsidi rumah tapak hanya berlaku di kota-kota besar saja seperti Jakarta, Surabaya, Medan, dan lainnya.

Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman (Apersi) Anton Santoso mengatakan pada prinsipnya kebijakan ini baik untuk mencegah lahan produktif beralih fungsi jadi perumahan dan mendorong masyarakat tinggal di rusun agar lebih dekat dengan tempat kerja.

"Sebetulnya rumah susun itu kalau hanya ditetapkan di kawasan padat penduduk, itu kami setuju. Kalau dipukul rata semuanya itu, nggak akan jalan, yang ada nanti justru bumerang bagi pemerintah dalam rangka pengurangan backlog (kurang pasok rumah)," kata Anton saat dihubungi detikFinance,Kamis (8/5/2014).

Anton mengatakan konsep subsidi rumah hanya untuk rusun justru lebih cocok di kota-kota besar, antaralain Jakarta, Surabaya, Medan, dan di wilayah-wilayah lain yang sudah padat penduduk.

"Jangan digeneralisasi. Yang ada nggak laku, nanti di Papua, Maluku yang tanahnya masih luas bagaimana. Budaya masyarakat di sana kan masih tinggal di rumah tapak," katanya.

Masyarakat di wilayah-wilayah yang belum padat penduduk, seperti di luar Jawa seharusnya tidak didorong untuk tinggal di rusun dengan mencabut subsidi untuk rumah tapak. Anton menilai budaya masyarakat masih ingin tinggal di rumah dengan halaman, kebun dan suasana rumah tapak pada umumnya.

"Memang lahan mahal kemudian itu harus dibuat rusun tapi kalau kita harus membangun di Papua, Sulteng, dan lainnya yang tanahnya masih luas dan terjangkau, lalu dipaksakan dibangun rusun itu akan berdampak negatif," katanya
Anton menambahkan Apersi meminta adanya harga khusus yang ditetapkan di zona-zona yang pada penduduk dan harga tanahnya mahal terkait pembangunan rumah subsidi.

Ia berharap, ada peninjauan kembali Keputusan Menteri Perumahan Rakyat (Kemenpera) sehingga tak merugikan masyarakat berpengasilan rendah (MBR) yang butuh rumah.

"Semoga pemerintahan baru meninjau kembali peraturan ini," katanya.

Kementerian Perumahan Rakyat telah mengeluarkan Peraturan Menteri Perumahan Rakyat (Permenpera) No 3 Tahun 2014, diantaranya mencabut subsidi untuk rumah tapak, demi menghindari konversi lahan pertanian menjadi hunian. Sebagai gantinya subsidi rumah hanya diberikan kepada rusun saja.

Rabu, 07 Mei 2014

Ini Perjalanan Program Rumah Subsidi dari Masa ke Masa


http://images.detik.com/content/2014/05/08/1016/081712_rumahmurahkarawang.jpg
Jakarta -Subsidi bunga untuk rumah tapak dengan skema pembiayaan KPR Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) akan disetop pemerintah per 1 April 2015.

Banyak pihak termasuk masyarakat menyayangkan kebijakan ini. Apa penjelasan Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz?

Djan Faridz beralasan, saat ini banyak lahan produktif yang digusur, dikonversi, dan dijadikan lahan untuk perumahan atau permukiman. Kebijakan ini salah satunya ditujukan untuk mencegah makin banyak lagi fenomena tersebut.

"Subsidi (1 April 2015) hanya untuk rumah susun, supaya tanah, sawah yang produktif tidak habis untuk rumah tapak," kata Djan kepada detikFinance,

Djan menegaskan, subsidi untuk rusun tetap diteruskan. Karena tujuannya adalah untuk mendorong masyarakat tinggal di rumah susun. Kebijakan ini tak hanya berlaku di kota-kota besar, melainkan semua wilayah di seluruh Indonesia.

"Minimal rusunnya 2 atau 4 lantai dan lokasinya lebih dekat dengan kota," jelasnya.

"Ini juga bisa mengurangi kemacetan," imbuh Djan.

Djan meyakini kebijakan ini akan berhasil, sehingga masyarakat bisa tinggal di rumah susun. Di zaman dulu pun menurutnya, rusun bisa diterima masyarakat.

"Zaman Pak Harto (Mantan Presiden Soeharto), Perumnas sudah membangun rusun, dan masyarakat bisa menerimanya," ucapnya.
(zul/ang) 

Selasa, 06 Mei 2014

Pengembang Ini Sumringah Harga Rumah Subsidi Naik 30%


http://images.detik.com/content/2014/05/07/1016/173014_rumahcetak5.jpg
Jakarta -Kenaikan harga rumah bersubsidi hingga 30%-40% disambut gembira pengembang di daerah. Misalnya di Jawa Timur, harga rumah subsidi sudah naik dari Rp 88 juta jadi Rp 115 juta atau naik 30%.

Salah satunya pengembang rumah cetak di Probolinggo Jawa Timur, Abdullah Agus Salim yang awalnya menjual rumah subsidi Rp 88 juta mengaku sumringah dengan adanya ketentuan ini. Ia siap menjual rumah dengan harga baru yaitu Rp 115 juta.

"Ini justru yang saya tunggu, kalau benar saya mau naikkan harga. Saya bisa geber penjualan," kata Agus kepada detikFinance

Hingga kini, Agus telah menjual 126 unit rumah cetak di Sukodadi Indah, Paiton Probolinggo. Target selanjutnya, ia akan kembali membangun 170 unit rumah baru.

Rumah cetak adalah inovasi jenis rumah yang diciptakan oleh Umar Sumadi, pria asal Palembang. Kelebihannya, selain bisa menekan biaya produksi, waktu pengerjaan rumah ini membutuhkan waktu yang sangat singkat, berbeda dengan rumah bata biasa.

"Saya belajar dari Pak Umar, saya orang yang pertama membangun rumah cetak ini di Jawa Timur," lanjut Agus.

Bedanya dengan pembangunan rumah biasa, rumah cetak tidak memerlukan batu bata sama sekali. Materialnya hanya berupa rangka, pasir berbagai ukuran dan semen. Rumah ini juga diklaim tahan gempa dan kuat.
"5 kali lebih kuat dari rumah bata berdasarkan hasil uji laboratorium di Pusat Penelitian Permukiman di Bandung," katanya.

Beberapa waktu lalu Kementerian Perumahan Malaysia melongkok ke Jawa Timur untuk melihat bagaimana konsep pembangunan rumah cetak ini. Rencananya, konsep tersebut juga akan diaplikasikan di Malaysia.

"Itu deal-deal-annya dengan Pak Umar. Mereka mau supply itu untuk di sana," katanya

Rumah cetak tersebut dinilai cocok untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Saat ini, rumah cetak tersebut sudah dibangun di beberapa daerah di Sumatera seperti Palembang, Aceh, Nias. Juga tersebar di Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan serta Jakarta. "Saya mau share ke teman-teman pengembang lain," tutupnya.

Senin, 05 Mei 2014

Penghasilan Rp 7 Juta Boleh Beli Rumah Subsidi Tapi Harus Rusun


http://images.detik.com/content/2014/05/07/1016/apartemenperumnas2.jpg
Jakarta -Pemerintah memberikan ketentuan batas penghasilan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang ingin membeli rumah. Untuk rumah tapak, batas maksimum penghasilan Rp 4 juta/bulan dari sebelumnya Rp 3,5 juta/bulan, sedangkan rumah susun (rusun) Rp 7 juta/bulan dari sebelumnya Rp 5,5 juta/bulan.

Deputi Bidang Pembiayaan Perumahan Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) Sri Hartoyo mengatakan kebijakan ini untuk memperluas jangkauan agar lebih banyak lagi masyarakat yang mampu membeli rumah.

"Batas penghasilan memperluas jangkauan masyarakat untuk bisa membeli rumah. Itu batas maksimal," kata Sri.

Ia menjelaskan, untuk masyarakat berpenghasilan rendah yang ingin membeli rumah dengan penghasilan jauh di bawah 4 juta dibolehkan untuk mendapatkan KPR subsidi asalkan mampu membayar cicilannya.

Sedangkan untuk rumah susun, batas maksimal penghasilannya Rp 7 juta, jika jauh di bawah penghasilan senilai itu pun boleh membeli rumah subsidi. "Kalau di atas itu (penghasialnnya) nggak boleh," katanya.

Selain itu, Sri mengatakan kebijakan ini bertujuan agar masyarakat didorong untuk tinggal di rumah susun. Salah satu caranya adalah dengan dihentikannya penyaluran KPR subsidi untuk rumah tapak.

"Kalau mau beli rumah tapak, ya tanggung sendiri bunganya. Kenyamanan sendiri harus ditanggung sendiri," katanya
Sri mengatakan, masyarakat Indonesia sudah saatnya berpikir lebih ke depan dengan tinggal di rumah susun. Selain itu, ketersediaan lahan untuk rumah tapak pun kian terbatas.

Terkait budaya tinggal di rumah tapak akan berubah seiring dengan berjalannya waktu. Harga rumah susun pun akan ditentukan oleh pasar.

"Kalau di pasar kemampuan masyarakat belinya hanya mampu yang Rp 150 juta, tentunya pasokan akan menyesuaikan permintaan. Dan asumsi bangunan rusun itu sampai 20 tingkat atau lantai, tidak harus begitu. Kalau misalkan pengembang bisa menyediakan 2 atau 3 lantai harganya lebih murah bisa terjangkau masyarakat," katanya.

Penyediaan rumah susun untuk memenuhi kebutuhan para pekerja yang ingin tinggal di dekat tempat bekerja. Sehingga itu pun bisa mengurangi kemacetan lalu lintas karena pergerakan kendaraan akan semakin sedikit.

"Kalau jarak semakin jauh, ongkos semakin mahal, mereka kalau jauh itu selain transportasi massal menimbulkan kemacetan lalu lintas ke mana-mana. Kalau di perkotaan dia bisa manfaatkan angkutan umum. Bisa sekaligus mengurangi kemacetan melalui pembentukan kota kompak," katanya.
Meski demikian, Sri mengatakan, masyarakat tetap boleh membeli rumah tapak tapi tanpa subsidi.

Ia juga mengatakan, kenaikan harga subsidi yang telah ditetapkan pemerintah dipicu beberapa hal. Salah satunya adalah kenaikkan inflasi di setiap wilayah, tanah, biaya upah, dan bangunan.

"Harga itu pertimbangannya harga biasa saja. Upah, bahan, tanah, kondisi yang dipicu oleh inflasi," kata Sri.

Selain itu, Sri juga mengatakan, kenaikan harga ini akan merangsang para pengembang agar kembali bergairah membangun rumah dan rusun. Ia mengakui beberapa pengembang sempat menahan pasokan rumah karena ketentuan kenaikan harga rumah sempat tertunda.

Minggu, 04 Mei 2014

Bisnis Properti Ciputra di Tiongkok, Vietnam, dan Kamboja Lesu


http://images.detik.com/content/2014/05/07/1016/191447_tiongkok.jpgSuasana di Kota Beijing, Tiongkok
Jakarta -Perusahaan properti, PT Ciputra Development Tbk (CTRA) mengakui ekspansi bisnisnya di luar negeri masih lesu. Tiga negara yang dirambah oleh CTRA, yaitu Tiongkok, Vietnam dan Kamboja tidak menunjukkan hasil yang memuaskan.

Direktur CTRA Tulus Santoso mengatakan secara makro ekonomi, ketiga negara tersebut juga tengah mengalami perlambatan sehingga berimbas ke pertumbuhan sektor properti.

"Untuk Vietnam, Kamboja, dan Tiongkok. Semua memang sedang slowdown," kata Tulus di Gedung BEI, SCBD,
Bahkan ekonomi Vietnam sudah melambat sejak tahun 2008 karena terkena efek dari krisis keuangan di negara maju waktu itu. Sementara Tiongkok dan Kamboja juga mengalami perlambatan terlihat dalam 2 tahun terakhir.

"Vietnam sudah lebih dulu, dari 2008," ujarnya.

Sehingga, dalam beberapa tahun terakhir perseroan lebih berfokus kepada pasar dalam negeri. Menurutnya dari sisi pertumbuhan memang masih lebih besar dibandingkan dengan ketiga negara tersebut.

"3 tahun ini kami lebih berkonsentrasi di Indonesia," imbuhnya.

Bisnis properti di luar negeri, harus menunggu ekonomi pulih secara keseluruhan. Saat ini memang sedikit ada titik cerah karena beberapa lembaga Internasional sudah memprediksi ekonomi dunia mulai akan memperlihatkan perbaikan.

"Bisnis yang di luar negeri kami masih menunggu kondisi. Sudah terlihat ada tanda-tanda perbaikan. Kita akan siap-siap," terangnya.

Sabtu, 03 Mei 2014

Agung Podomoro Cari Utang Rp 750 Miliar Buat Beli Tanah 20 Hektar


http://images.detik.com/content/2014/05/08/1016/agungdlm.jpg
Jakarta -PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) tengah mengincar 20 hektar lahan yang akan dikembangkan untuk dijadikan kawasan terpadu atau superblok.

Untuk mendanai aksi korporasinya itu, perseroan bakal menerbitkan Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) tahap kedua senilai Rp 750 miliar pada bulan ini.

Direktur Agung Podomoro Cesar M. Dela Cruz mengatakan, dana dari hasil emisi obligasi tahap kedua akan digunakan untuk development proyek dan akusisi lahan.

"Setiap tahun kami memang anggarkan dana untuk tambah lahan. Dana itu, kami siapkan jika ada lahan yang siap untuk diakuisisi. Saat ini kita sedang melihat-lihat di daerah utara dan timur masing-masing 10 hektar untuk 2 proyek superblok. Lokasi jelasnya belum bisa kami sebut karena nanti akan ada spekulasi harga," ujar dia saat acara Institutional Investor Day 2014, di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (8/5/2014).

Dia menjelaskan, penerbitan obligasi ini merupakan lanjutan dari obligasi tahap pertama senilai Rp 1,2 triliun pada tahun 2013. Obligasi ini bakal terbitkan senilai total Rp 2,5 triliun, sehingga masih ada sisa sekitar Rp 550 miliar yang belum diterbitkan.

Dia menyebutkan, obligasi tahap kedua ini memiliki tenor 5 tahun dan bunga sekitar 12,25%.

"Bunga obligasi di kisaran 12,25% dan tenornya itu 5 tahun," kata dia.

Jumat, 02 Mei 2014

Sudah 20 Tahun Tak Ada Rumah Subsidi Dibangun di Jakarta


http://images.detik.com/content/2014/05/07/1016/094948_rumahsubsidi.jpeg
Jakarta -DKI Jakarta menjadi satu-satunya provinsi di Indonesia yang tak ada rumah tapak (landed house) bersubsidi dalam daftar harga rumah subsidi terbaru. Kawasan Ibukota ini hanya ada daftar harga rumah susun sederhana milik (rusunami) bersubsidi.

Deputi Pembiayaan Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) Sri Hartoyo mengatakan ketersediaan lahan di Jakarta makin menipis. Menipisnya lahan di Jakarta membuat harga tanah sangat tinggi, sehingga tak mungkin dibangun rumah tapak subsidi.

Bahkan selama 20 tahun terakhir pembangunan rumah tapak bersubsidi tak lagi dilakukan di Jakarta, semuanya dialihkan ke pembangunan hunian vertikal seperti rusun atau apartemen sederhana.

"Dalam 20 tahun terakhir, di Jakarta tidak tersedia rumah sejahtera tapak. Adanya di Bodetabek," kata Sri kepada detikFinance.

Seperti diketahui Kemenpera telah menetapkan harga rumah baru per April lalu. Ketentuan tersebut tertuang dalam Permenpera no 4 dan 5 tahun 2014.

Ketentuan harga rumah baru tersebut berlaku untuk rumah tapak dan rumah susun sederhana milik. Harga berebda-beda di setiap provinsi, dan beberapa kota atau kabupaten di sebuah provinsi itu.

Daftar Harga Rumah Susun bersubsidi di Jakarta:



  • Jakarta Barat Rp 8,9 juta/meter
  • Jakarta Selatan Rp 9,2 juta/meter
  • Jakarta Timur Rp 8,8 juta/meter
  • Jakarta Utara Rp 9,6 juta/meter
  • Jakarta Pusat Rp 9,3 juta/meter

Kamis, 01 Mei 2014

Perjalanan 38 Tahun Subsidi Rumah di Indonesia

Jakarta -Program kredit rumah bersubsidi sudah berlangsung sejak 38 tahun lalu di Indonesia. Selama perjalanan waktu pola dan konsep subsidi sempat mengalami perubahan. Kini yang berlaku adalah program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) atau subsidi bunga dalam tempo hingga kredit selesai.

Selama program FLPP, realisasi pembiayaan tak pernah tercapai, bahkan bank pelaksana yang aktif hanya BTN. Selain itu, sempat terjadi kisruh suku bunga FLPP dari 8,15% hingga berubah menjadi 7,25%. Pada FLPP, konsumen bisa mencicil rumah hingga 20 tahun dengan bunga dan cicilan tetap.

Lalu kementerian perumahan rakyat mengeluarkan kebijakan baru, FLPP akan diberikan kepada rusun saja mulai 1 April 2015. Subsidi bunga untuk rumah tapak hanya berlaku sampai 31 Maret 2015.

Berdasarkan data Pusat Pembiayaan Perumahan Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) yang dikutipdetikFinance

Rabu, 30 April 2014

Bunga KPR Subsidi Masih 7,25% Hingga Akhir Maret 2015


http://images.detik.com/content/2014/05/07/1016/145455_rumahmurah2.jpg
Jakarta -Pemerintah akan menghentikan penyaluran subsidi bunga kredit untuk rumah tapak (landed house) dengan skema fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) mulai 1 April 2015.

Artinya konsumen yang ingin mendapatkan subsidi rumah tapak dengan bunga flat 7,25%/tahun masih ada waktu hingga 31 Maret tahun depan. Bagi konsumen yang menandatangani akte jual beli sebelum tanggal 31 Maret 2015, akan tetap menikmati subsidi bunga 7,25% sampai berakhir KPR.

"Harga sama saja, bebas sesuai pasar. Bedanya kalau pakai subsidi bunga itu 7,25% sampai 31 Maret 2015. Setelah itu rumah tapak pakai bunga pasar saja," kata Deputi Pembiayaan Perumahan Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) Sri Hartoyo kepada detikFinance.
Sri mengatakan, subsidi bunga setelah tanggal 31 Maret 2015 hanya akan berlaku untuk KPR rumah susun. Untuk rumah tapak, bunga KPR-nya akan disesuaikan bunga pasar yang ditentukan bank pembiayaan masing-masing.

"Mungkin 11%-12% selisihnya suku bunganya 5%, tergantung perkembangan suku bunga bank di pasar. Rusun tetap 7,25%," jelasnya.

Sri menegaskan, meski kebijakan ini ditujukan untuk mendorong masyarakat agar tinggal di rumah susun (rusun), pemerintah membebaskan bagi masyarakat untuk membeli rumah tapak. Konsekuensi bunga KPR lebih tinggi alias mengikuti bunga pasar.

"Itu pilihan. Kalau mereka pengen rumah tapak ya mereka harus tanggung sendiri. Kenyamanan sendiri ya harus dibayar sendiri," jelasnya.

Sri juga mengatakan, mulai 1 April 2015 nanti, pasokan untuk rumah tapak akan semakin berkurang, sebalik rusun milik akan semakin bertambah. "Kalau sekarang belum karena belum diberlakukan. Kalau nanti mungkin akan ada (penurunan)," tutupnya.

Selasa, 29 April 2014

Tunggu Pilpres, Ciputra Tunda Pembangunan 10 Proyek Properti


http://images.detik.com/content/2014/05/07/1016/142346_ciputra.jpg
Jakarta -PT Ciputra Development Tbk (CTRA) menunda pembangunan 10 proyek pada 2014 karena menunggu pelaksanaan pemilihan presiden (pilpres). Proyek-proyek tersebut terdiri dari pembangunan perumahan, hotel, dan rumah sakit.

Direktur Ciputra Development Tulus Santoso mengatakan penundaan ini merupakan refleksi dari keinginan investor. Perseroan akan menunggu apakah pilpres berjalan aman, stabil, dan 1 atau 2 putaran.

"Timing-nya memang setelah pemilu, praktis semester II. Itu jika berlangsung 1 putaran," ungkap Tulus di Gedung Bursa Efek Indonesia.

Bila Pilpres tidak 1 putaran, lanjut Tulus, maka proyek-proyek tersebut akan ditunda kembali. Dampaknya akan membuat target penjualan sulit tercapai. Perseroan menargetkan penjualan sebesar Rp 10 triliun pada tahun ini.

"Agak problem kalau berlangsung dua putaran," ujarnya.

Pilpres yang berlangsung aman, tambah Tulus, dapat membentuk iklim investasi yang kondusif. Namun jika ada kericuhan, maka proyek yang berjalan pada semester I akan terganggu dan mempengaruhi persepsi investor.

"Ya persepsi itu berpengaruh. Sekarang yang mendistorsi kan persepsi," sebutnya

Tulus sendiri masih optimistis pilpres dapat berjalan lancar, aman, dan 1 putaran. Ini akan membuat proyek-proyek properti bisa dijalankan dan target penjualan perseroan tercapai.

"Dengan stabilitas politik dan ekonomi, kami luncurkan 10 proyek baru yang mendukung target penjualan kami," tegasnya.

Tulus menyebutkan 10 proyek tersebut berlokasi di Kemayoran, Fatmawati, Maja, Malang, Pontianak, Serang, Samarinda, Bali, dan Ringraod Jakarta Barat. Nilainya beragam, untuk perumahan sekitar Rp 50-100 miliar, hotel Rp 1 triliun, dan rumah sakit Rp 250 miliar.

"Untuk hotel akan didanai secara gradual oleh bank. Kemudian kalau pengembangan perumahan itu dana sendiri saja," tutur Tulus.

Senin, 28 April 2014

Ini Alasan Pemerintah akan Cabut Subsidi Rumah Tapak


http://images.detik.com/content/2014/05/07/1016/135302_rumahsubsidi.jpeg
Jakarta -Pemerintah akan menghentikan subsidi bunga kredit rumah tapak mulai 1 April 2015. Namun subsidi untuk rumah susun sederhana milik (Rusunami) tetap dilanjutkan, kenapa?

Direktur Pembiayaan Perumahan Kementerian Perumahan (Kemenpera) Sri Hartoyo mengatakan kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan rusun lebih banyak di pusat-pusat kota. Alasannya ketersediaan lahan semakin menipis dan harganya terus melonjak.

"Diarahkan untuk rusun, karena sekarang tanah semakin terbatas, harga semakin mahal, kalau harganya murah itu jauh dari tempat kerja, sehingga mendorong rusun itu biar dekat rumah dan tempat kerja," kata Sri saat ditemui detikFinance di kantor Kementerian Perumahan Rakyat, Jalan Raden Saleh.

Selain agar dekat ke tempat kerja, Sri menjelaskan,banyak terjadi konversi lahan produktif seperti lahan pertanian dan perkebunan dibangun perumahan. Pembangunan perumahan tapak jelas memakan lahan lebih banyak ketimbang rumah susun.

"Biasanya harga tanah dengan tempat kerja itu itu mahal, kalau rusun bisa ngirit. Sekarang ini kecenderungannya lahan produktif dipakai untuk pemukiman perumahan, ini agar tidak terjadi konversi lahan produktif. Yang jelas, agar rumah itu semakin tidak menjauh dari perkotaan," katanya.

Ia menilai, ke depan, masyarakat Indonesia harus semakin maju, dan realistis dengan kenyataan bahwa harga tanah untuk perumahan semakin mahal, sehingga pasokan untuk rumah tapak terus menurun.

"Ini kan yang namanya kita harus tetap maju terus realistis dengan kenyataan, tanah semakin sulit. Itu rumah semakin tersebar di seluruh wilayah," tutupnya.

Minggu, 27 April 2014

Pengusaha Properti Berharap Ekonomi Membaik dan Bunga Turun


http://images.detik.com/content/2014/05/07/1016/properti2.jpg
Jakarta -Defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) telah menunjukkan tren perbaikan pasca memuncak pertengahan tahun lalu. Namun, pengusaha properti berharap pemulihan ekonomi berjalan lebih cepat agar sektor ini bisa kembali tumbuh.

Direktur PT Ciputra Development Tbk (CTRA) Tulus Santoso mengatakan bila CAD membaik lebih cepat, artinya fundamental ekonomi bisa lebih stabil. Gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat bisa dikurangi.

Secara sistematis, itu akan membuat Bank Indonesia (BI) mengkaji penurunan suku bunga acuan yang saat ini 7,5%.

"Kita harapkan setelah Pemilu dan pemerintahan baru kurs dan CAD akan kembali normal. Jadi tingkat bunga juga kembali ke normal," kata Tulus di Gedung Bursa Efek Indonesia.

Suku bunga yang masih tinggi, lanjut Tulus, menyebabkan sektor properti melambat. Terlihat pada kuartal I-2014, pendapatan Ciputra Development tercatat Rp 1,2 triliun. Padahal target sampai akhir tahun Rp 7,3 triliun.

"Saat ini ada distorsi karena regulasi dari BI soal uang muka dan bunga kredit yang meningkat. Itu semua berpengaruh," katanya.

Tulus memperkirakan memang suku bunga acuan sulit untuk turun menjadi 5,75% dalam waktu dekat. Namun yang terpenting untuk sementara adalah kestabilan, dan ini menjadi tugas pemerintahan mendatang.

"Kestabilan itu penting. Sekarang baru membaik, kalau tiba-tiba turun terus naik lagi susah pengembang," ujarnya.

Sabtu, 26 April 2014

Jabar Lokasi Terlaris Rumah Subsidi, di Papua Barat Hanya Terjual 1 Unit


http://images.detik.com/content/2014/05/08/1016/175105_rumah.jpg
Jakarta -Provinsi Jawa Barat menjadi lokasi penjualan rumah subsidi terbanyak di Indonesia, sedangkan Papua Barat justru sebaliknya.

Penyerapan rumah subsidi dari Januari-April 2014 baru mencapai 5.237 unit dengan nilai Rp 291 miliar atau 9% dari target. Sedangkan yang masih dalam proses pembayaran sebanyak 14.055 unit dengan nilai Rp 774,765 miliar.

Berdasarkan data yang didapat detikFinance dari Kementerian Perumahan Rakyat, dari data yang masih proses pembayaran sebanyak 14.055 unit, sebanyak 5.120 unit senilai Rp 286,9 miliar ada di Jawa Barat. Urutan kedua Provinsi Banten dengan jumlah 1.602 unit dengan nilai Rp 88,6 miliar.

Sedangkan yang terendah adalah Provinsi Papua Barat, rumah subsidi hanya dibangun 1 unit, dengan nilai Rp 88,2 juta.

Bank yang paling rajin melakukan penyaluran kredit rumah subsidi atau Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) ini masih dipegang Bank BTN. BTN telah menyalurkan kredit untuk 12.106 unit dengan nilai Rp 666,356 miliar.

Deputi Pembiayaan Perumahan Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) Sri Hartoyo mengatakan ada kendala yang menyebabkan penyerapan FLPP berjalan lambat.

"Target tahun 2014 berdasarkan dana FLPP yang tersedia pada tahun 2014 itu 57.792 unit. Kendalanya adalah terbatasnya pasokan rumah dari pengembang," kata Sri beralasan.

Jumat, 25 April 2014

Rumah Subsidi Baru Terserap 9% dari Target


http://images.detik.com/content/2014/05/08/1016/164225_rumah.jpg
Jakarta -Di tengah belum adanya kepastian pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) terhadap penjualan rumah subsidi dengan skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Dalam 4 bulan pertama 2014, penjualan rumah subsidi masih ada meskipun serapannya relatif rendah masih di bawah 10% dari target.

Penyaluran kredit rumah subsidi FLPP hingga April baru terserap 5.237 unit senilai Rp 291 miliar. Masih jauh dari target yang mencapai 57.792 unit atau hanya 9%.

Deputi Pembiayaan Perumahan Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) Sri Hartoyo mengatakan selain 5.237 unit, sudah ada proses penyaluran sebanyak 14.055 unit rumah.

"FLPP sampai April 2014 yang sudah terbayar 5.237 unit, yang dalam proses pembayaran 14.055 unit," kata Sri kepada detikFinance.

Dikatakan Sri, kendalanya adalah kurang pasokan dari pengembang. Pengembang belum mau mengeluarkan pasokan rumahnya karena harga baru belum diputuskan pemerintah termasuk soal pembebasan PPN untuk konsumen.

"Target tahun 2014 berdasarkan dana FLPP yang tersedia pada tahun 2014 itu 57.792 unit. Kendalanya adalah terbatasnya pasokan rumah dari pengembang," lanjutnya.

Sebagai gambaran, penjualan rumah subsidi hingga akhir Januari-November 2013 terserap 85.673 unit atau hanya 70% dari target 2013 sebanyak 121.000 unit dengan nilai Rp 6,9 triliun.

Sedangkan di tahun sebelumnya, dari Januar-Desember 2012, dari target 133.000, realisasi penyaluran kredit hanya 59.112 atau hanya 44,44% dengan nilai transaksi Rp 2,679 triliun.
(zul/hen) 

Kamis, 24 April 2014

Harga Lahan Industri di Bekasi-Cikampek Tembus Rp 2,5 Juta/Meter


http://images.detik.com/content/2014/04/23/1016/151453_kbn320.jpgilustrasi:KBN
Jakarta -Harga tanah di kawasan-kawasan industri di pinggiran Jakarta terus melonjak. Harga rata-rata lahan industri sudah naik tajam dalam 2 tahun terakhir.

Harga lahan kawasan industri yang naik signifikan antaralain di timur Jakarta seperti Bekasi hingga Cikampek, bagian barat Jakarta seperti Cikarang, Cilegon, dan Tangerang, dan di Pulogadung dan Bogor. Saat ini, total lahan yang masih tersedia untuk seluruh kawasan industri di sekitar Jakarta mencapai 11.720 hektar.

Head of Research Jones Lang LaSalle Anton Sitorus mencontohkan, harga tanah di kawasan industri timur Jakarta saat ini mencapai US$ 150-US$ 250 per meter persegi atau Rp 1,5 juta-Rp 2,5 juta per meter. Harga ini sudah mendekati harga tertinggi di wilayah tersebut.

"Harga tanah di timur Jakarta relatif lebih mahal sekitar US$ 150-US$ 250 per meter, kawasan itu dipandang perusahaan-perusahaan nilainya sudah cukup tinggi. Harga lahan industri sudah mendekati ujung harga tertinggi," ujar Anton saat ditemui di kantornya, di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (23/4/2014).

Menurut Anton, terus melonjaknya harga tanah di kawasan industri karena ketersediaan lahan yang semakin minim namun permintaan terus naik.

"Selama 2 tahun terakhir kenaikan harga sangat signifikan. Faktornya ketersediaan lahan minim dan sekarang harga dipandang cukup tinggi. Q1-2014 melambat, sekarang ini sudah memasuki tahap-tahap mulai melemah," katanya.

Sementara itu, Head of Strategic Consulting Jones Lang LaSalle Vivin Harsanto menambahkan, kenaikan harga tanah di kawasan industri dalam rentang waktu 2011-2013 mencapai 100%. Salah satunya karena permintaan yang cukup tinggi.

"Kawasan industri 2011-2013 kenaikan harga bisa sampai 100%. Sebelum 2010, harganya masih stagnan karena aturan government manufacturing mengenai industrial estate. Tahun ini kemungkinan naiknya sedikit, nggak akan sejauh kemarin," pungkasnya.
(drk/hen) 

Rabu, 23 April 2014

Pasar Rumah Segmen di Atas Rp 800 Juta Anjlok


http://images.detik.com/content/2014/04/16/1016/rumah11.jpg
Jakarta -Indonesia Property Watch (IPW) mencatat telah terjadi pergeseran pasar perumahan khususnya dari segmen menengah atas ke segmen menengah di awal 2014. Sehingga pangsa pasar rumah segmen atas turun dari 30% menjadi 15% atau berkurang separuh (50%).

IPW juga mencatat secara umum pasar perumahan rata-rata menurun sampai 49% dari nilai transaksi pada periode yang sama.

Berdasarkan klasifikasi IPW, rumah kelas menengah berada di rentang harga Rp 350-800 juta, kelas bawah di bawah Rp 350 juta dan kelas atas seharga di atas Rp 800 juta.

Direktur Eksekutif IPW Ali Tranghanda mengatakan berdasarkan komposisi penjualan, diperkirakan terjadi pergeseran pasar atas yang terjadi di triwulan I-2014 ke segmen menengah.

"Dibandingkan akhir tahun 2013, pasar segmen menengah atas relatif berkisar 30% dari total nilai transaksi, namun demikian menurun drastis di awal tahun 2014 menjadi 15%," katanya seperti dikutip dari situs resminya, Rabu (16/4/2014)

Menurutnya segmen menengah terjadi peningkatan komposisi dari 30% menjadi 40%. Diperkirakan tren ini akan berlanjut mengingat nilai tanah yang sudah terlalu tinggi bahkan untuk dibangun perumahan menengah atas.

"Sebagian besar pengembang menengah atas lebih tertarik untuk membangun hunian vertikal atau sektor komersial dengan nilai tanah yang sudah tinggi," katanya.
Di segmen pasar bawah, pengembang masih terpatok harga standar untuk fasilitas FLPP yang belum disesuaikan. Banyak pengembang rumah murah yang melakukan strategi pembangunan dengan spesifikasi bangunan yang lebih rendah agar tetap dapat terjangkau oleh daya beli konsumen. 

"Sedangkan sebagian lagi memilih untuk mencoba di segmen menengah dan meninggalkan program rumah FLPP dari pemerintah," katanya.

Pergeseran pasar ini disikapi oleh pengembang dengan mulai membuat tipe-tipe rumah di segmen menengah dengan resizing luas atau membangun rumah-rumah dari tipe besar ke yang lebih kecil.

Berdasarkan Bank Indonesia (BI) segmen perumahan tapak (landed house) terbagi menjadi 3, yaitu Tipe rumah kecil hingga berukuran 36 m2, tipe rumah menengah dari 36 m2 hingga 70 m2 sedangkan rumah tipe besar di atas 70 m2.

BI juga telah mengeluarkan revisi aturan loan to value (LTV) terkait kepemilikan rumah kedua dan ketiga. Dari aturan tersebut, diharapkan para pengembang properti lebih banyak membangun rumah kecil dan menengah. Aturan LTV ini mengatur uang muka (DP) KPR rumah ukuran di atas 70 m2 (segmen atas) harus minimal 30%.

Selasa, 22 April 2014

Dampak Pemilu, Pasar Properti Tahun Ini Melambat


http://images.detik.com/content/2014/04/23/1016/img2013060100717.jpg
Jakarta -Tren perlambatan pasar properti yang dimulai sejak paruh kedua tahun lalu masih berlanjut di triwulan I-2014. Perkembangan ekonomi Indonesia yang tidak terlepas dari lambatnya perbaikan ekonommi di kawasan Asia Pasifik maupun ekonomi global turut mempengaruhi dinamika yang terjadi di pasar properti Indonesia khususnya Jakarta.

Sementara itu, tingginya nilai tukar dolar Amerika dan suku bunga pinjaman bank menambah beban bagi konsumen dan investor yang akhirnya cenderung mendorong pengembang untuk menahan rencana ekspansi proyek mereka.

Demikian dikatakan Head of Research Jones Lang LaSalle Anton Sitorus saat acara Quarterly Media Briefing di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (23/4/2014).

"Kondisi tersebut ditambah dengan melemahnya sentimen pasar secara umum sebagai antisipasi dampak pemilu tahun ini yang membuat volume permintaan pasar hampir di semua sektor belakangan ini menurun," ujarnya.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Jones Lang LaSalle baru-baru ini, pasar properti di Jakarta masih dibayang-bayangi kondisi ekonomi dan bisnis yang melambat sehingga belum ada terlihat adanya pergerakan aktivitas yang signifikan dari triwulan sebelumnya.

Di tempat yang sama, Head of Markets Jones Lang LaSalle Angela Wibawa menyebutkan, di sektor perkantoran komersial, penyerapan ruang kantor di daerah central business district (CBD) kembali menurun dari sekitar 24.000 meter persegi di triwulan sebelumnya menjadi sekitar 16.000 meter persegi.

"Walaupun penyerapan menurun, tingkat hunian perkantoran di CBD naik tipis namun tetap di kisaran 94%," kata dia.

Untuk pasar perkantoran di daerah Non-CBD, Angela mengatakan, penyerapan sepanjang triwulan I 2014 ini turun tipis dari sekitar 22.500 meter persegi di triwulan sebelumnya menjadi sekitar 19.500 meter persegi.

"Tingkat penyerapan ini lebih tinggi dari CBD," cetusnya.

Senin, 21 April 2014

Ini Dia Proyek Pembangunan Mal-mal Baru di Jabodetabek


http://images.detik.com/content/2014/04/21/1016/mall2dalam.jpg
Jakarta -Periode 2014 merupakan masa paceklik hadirnya mal-mal baru di Jakarta. Tercatat pada 2014 diperkirakan hanya akan beroperasi mal baru yaitu St Moritz, di Kawasan Puri Indah, Jakarta Barat. Namun tahun depan dan berikutnya, mal-mal baru akan bermunculan di Jakarta juga di wilayah sekitarnya.

Khusus di Jakarta, permasalahan moratorium (penundaan sementara) penerbitan izin pembangunan mal baru sejak 2012 lalu menjadi isu utama penyebab terbatasnya mal baru di Jakarta tahun ini.

"Terbatasnya pasokan ritel baru di DKI Jakarta membuat okupansi (tingkat hunian ritel) naik 2% menjadi 89,3% (triwulan I-2014). Sebaliknya, di wilayah pinggir Jakarta tercatat terjadi penurunan okupansi menjadi 82%, sehubungan dibukanya 2 bangunan ritel baru," kata Associate Director Research Colliers International Indonesia Ferry Salanto dalam bahan tertulisnya dikutip Senin (21/4/2014).

Misalnya dua tahun lagi, ada rencana AEON Mall Garden City hadir di Jakarta Timur sebagai mal kedua. Tahun ini AEON Mall BSD City, Tangerang Selatan beroperasi sebagai mal pertama. Selain itu, tahun depan juga akan hadir mal baru yaitu Pantai Indah Kapuk Mall di Jakarta Utara.

Berdasarkan Research Colliers International, berikut proyek mal-mal baru 2014-2016 di Jakarta:
  • St. Moritz di Puri Indah, Jakarta Barat dalam tahap konstruksi

2015



  • Central Park Mall Extension di Slipi, Jakarta Barat tahap konstruksi
  • Pantai Indah Kapuk Mall, di Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara tahap konstruksi
  • Shopping Mall @Pancoran di Pancoran, Jakarta Selatan tahap konstruksi
  • Pulo Gadung Trade Center Extension di Pulo Gadung, Jakarta Timur

2016



  • Mal Puri Indah 2, Puri Indah, Jakarta Barat dalam tahap perencanaan
  • Holland Village Mall, Cempaka Putih, Jakarta Pusat dalam tahap perencanaan
  • Grand Cipulir, di Cipulir, Jakarta Selatan, dalam tahap perencanaan
  • AEON Mall Garden City, Cakung, Jakarta Timur dalam tahap perencanaan


Proyek mal-mal baru 2014-2016 di pinggir Jakarta:
  • Cinere Bellevue Suites Mall di Cinere, Depok, Jawa Barat dalam tahap konstruksi
  • AEON Mall BSD City, Serpong, Tangerang Selatan

2015



  • AEON Mall Deltamas di Deltamas, Bekasi, Jawa Barat, dalam tahap perencanaan
  • Cimandala City Mall, Bogor, dalam tahap perencanaan
  • Plaza Indonesia, Jababeka, Bekasi, dalam tahap perencanaan

2016



  • Bekasi Trade Center 2, Bulak Kapal, Bekasi tahap perencanaan
  • Living World Jababeka, Jababeka, Cikarang tahap perencanaan
  • Grand Dadap Mall, Dadap, Tangerang, dalam tahap konstruksi
  • AEON Mall Bogor, Cibinong, Bogor tahap perencanaan

Minggu, 20 April 2014

Presiden Baru Bakal Dihadapkan Masalah Krisis Perumahan Kronis


http://images.detik.com/content/2014/04/21/1016/rumahmurah23.jpg
Jakarta -Sektor perumahan di Indonesia masih banyak menyisakan pekerjaan rumah (PR) bagi pemerintahan baru mendatang. Masalah klasik dan kronis seperti kurang pasok rumah atau backlog semakin melambung hingga 15 juta unit dari 13,5 juta unit rumah.

Belum lagi mandeknya program 1.000 tower rumah susun (rusun) yang tak kunjung selesai. Kesemuanya bakal menjadi tantangan berat bagi presiden baru Indonesia.

Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda mengatakan butuh terobosan pemerintahan baru untuk mencari solusi kekurangan hunian, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

"Presiden yang nanti harus benar-benar mengerti soal perumahan," katanya saat berbincang dengan wartawan di kantornya, Jalan Pasar Baru, Jakarta, Senin (21/4/2014).

Ali mengatakan salah satu terobosan yang harus dilakukan pemerintah adalah membentuk suatu badan yang bertugas untuk melakukan pengadaan tanah dan pembiayaan. Tanah menjadi hal krusial dalam pembangunan perumahan, karena salah satu komponen penting penentu harga rumah adalah tanah.

"Badan ini akan mengelola bank tanah. Dia melakukan pengadaan, misalnya 5% tanah dari BUMN bisa dialokasikan untuk ini. Sisanya misalnya dari Pemda (pemerintah daerah)," jelasnya.

Badan tersebut akan menjamin harga tanah tidak akan terlalu bergejolak seperti yang terjadi sekarang ini. Saat ini harga tanah dilepas melalui mekanisme pasar tanpa kontrol negara.

"Ketika si pasar gila-gilaan kayak gini, badan harus membangun banyak supply supaya harga bisa terkendali," jelasnya.

Menurut Ali, badan ini akan bekerjasama dengan bank untuk menampung uang hasil Tabungan Perumahan (Tapera). Namun menurut Ali sangat minimal sekali bila badan ini bisa bekerjasama dengan pengembang karena berperan sebagai pengembang.

"Dia yang bangun, tapi itu seminim mungkin dibatasi kerjasama dengan swasta, bukan pengembang," tutupnya.
(zul/hen) 

Sabtu, 19 April 2014

Ini Penampakan Menara Setinggi 1 Km Bikinan Arab Saudi


Jakarta - Dubai saat ini menjadi juara dari semua hal terbesar, tertinggi, terpanjang dan termahal. Tapi sepertinya semua ini bakal tersaingi oleh tetangganya, Arab Saudi.

Gedung tertinggi di dunia yang menjadi ikon Dubai, Burj Khalifa, rekornya akan terpecahkan jika rencana Arab Saudi membangun menara tertinggi di dunia bisa terealisasi. Menara ini akan dibangun di Jeddah, Arab Saudi.

Ada fakta menarik mengenai menara kerajaan yang disebut Kingdom Tower di Jeddah ini. Dikutip dari CNN, Senin (27/4/2014), berikut daftarnya.

Jumat, 18 April 2014

Penjualan Kondominium di Jakarta Naik 50%

Jakarta -Pasar kondominium atau apartemen milik di Jakarta pada awal tahun tercatat mengalami kenaikan tajam khususnya segmen menengah. Meskipun secara keseluruhan tren pasar properti di triwulan I-2014 menurun akibat pelemahan ekonomi.

Penjualan unit kondominium di Jakarta sepanjang Januari-Maret 2014 mengalami kenaikan dibanding periode triwulan IV-2013 (q to q). Penjualan kondominium di pasar primer (produk baru) mencapai sekitar 3.350 unit atau naik hampir 50%.

Head of Residential Jones Lang LaSalle Luke Rowe mengatakan meningkatnya volume penjualan kondominium dalam kondisi pasar melemah seperti belakangan karena tingginya peluncuran produk kondominium baru oleh pengembang.

"Padahal kondisi pasar begini, suku bunga tinggi, kondominium penjualan masih tinggi, ini karena faktor peluncuran proyek baru, demand masih tinggi," ujar dia saat acara Quarterly Media Briefing di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (23/4/2014).

Menurut Luke, lebih dari 4.100 unit kondominium dari sekitar 7 proyek baru diluncurkan oleh pengembang di Jakarta antara Januari-Maret 2014. Kebanyakan menyasar ke segmen kelas menengah mencapai 90% dan sisanya sekitar 10% menyasar ke segmen kelas atas.

"Jumlah kondominium di Jakarta 91.000 unit sampai dengan akhir Maret. 2012-2013 rata-rata penjualan sekitar 4.000 unit, sementara di periode launching periode Januari-Maret 2014 yang 4.100 unit," katanya.

Sementara itu, Head of Strategic Consulting Jones Lang LaSalle Vivin Harsanto mengatakan untuk harga kondominium segmen bawah rata-rata 11-15 juta per meter, menengah Rp 17-22 juta per meter, atas Rp 25-30 juta per meter, dan segmen kondominium mewah di atas Rp 35 juta per meter.

Kamis, 17 April 2014

Ini Plus-Minus Menggunakan Jasa Arsitek

Jakarta -Punya rumah hasil buah karya seorang arsitek, tentunya memberikan kepuasan tersendiri. Desain yang diberikan oleh seorang arsitek tentu akan lebih istimewa dibandingkan dengan desain ala kadarnya.

Bagi Anda yang ingin menggunakan jasa arsitek, ada baiknya memperhatikan beberapa pertimbangan berikut sebelum bekerjasama dengannya. Apa saja hal tersebut?

Keunggulan Jasa Arsitek Bangun Rumah
Menggunakan jasa arsitek tentunya akan membantu proses konstruksi rumah Anda terutama dalam hal desain. Anda cukup menerangkan seperti apa rumah yang hendak Anda bangun. Jasa arsitek akan memberikan beberapa macam desain rumah untuk Anda pilih.

Keunggulan kedua adalah jasa arsitek dapat mendesain rumah Anda dengan sempurna sekalipun Anda hanya memiliki lahan yang sempit. Rumah Anda tetap akan memiliki ruangan standar seperti rumah yang dengan lahan luas. Sebab jasa arsitek dapat memperkirakan luas ruangan dengan baik.

Keunggulan ketiga adalah Anda tidak perlu repot-repot mengawasi selalu tukang bangunan.

Melalui jasa arsitek maka akan ada seorang atau dua orang arsitek yang senantiasa mengawasi kerja para tukang bangunan. Sehingga ketika bentuk bangunan ada yang tidak sesuai maka arsitek akan langsung mengenali bagian tersebut dan langsung meminta tukang bangunan tersebut untuk memperbaiki.

Kelemahan Jasa Arsitek Bangun Rumah
Kelemahan pertama menggunakan sewa jasa arsitek adalah Anda harus mengeluarkan dana cukup besar.

Kelemahan kedua adalah Anda tidak dapat campur tangan secara penuh saat tukang bangunan bekerja. Ini berarti kekuasaan penuh ada di tangan jasa arsitek dalam mengatur kerja tukang kayu walaupun Anda juga berhak.

Rumahku adalah media properti online yang memberikan informasi tentang jual beli dan sewa properti seperti rumah dijual, sewa apartemen, dan lainnya, anda juga dapat dengan mudah memasang iklan rumah dijual gratis di Rumahku.com

Rabu, 16 April 2014

Jangan Pusing Cari Tukang Bangunan, Ini Tipsnya


http://images.detik.com/content/2014/04/15/1016/075504_rumah1luar.jpg
Jakarta -Keinginan untuk punya tempat tinggal pribadi adalah impian setiap orang. Bagi Anda yang memiliki rencana untuk membangun rumah maka harus memperhatikan beberapa hal.

Selain memperhatikan lahan serta budget, pemilihan tukang bangunan juga perlu Anda lakukan.

Tidak menutup telinga ketika ada beberapa orang yang merasa dirugikan ketika menggunakan tenaga tukang bangunan. Untuk itu Anda perlu mengetahui tips memilih tukang bangunan untuk menghindari kekecewaan selama proses pembangunan rumah.

Berikut tipsnya:

Lama Kerja Membangun Rumah
Anda harus menentukan durasi pembangunan rumah yang Anda inginkan. Tentukan deadline terbaik dan katakan kepada tukang bangunan pilihan Anda. Biasanya tukang bangunan akan memberikan kisaran honor yang pantas dikaitkan dengan masa kerja sekaligus perhitungan pembelian barang konstruksi. Mintalah penjelasan terperinci agar tidak terjadi kesalahpahaman.

Kinerja Tukang Bangunan
Tips kedua berikut ini berkaitan langsung dengan sosok dari tukang bangunan itu sendiri. Ketika Anda akan memilih tukang bangunan, maka pilihlah dari riwayat pekerjaan setiap tukang bangunan tersebut.

Tanyakan kinerja tukang bangunan yang Anda pilih tersebut dari pendapat orang lain yang pernah bekerjasama dengannya. Jika perlu, mintalah rekomendasi tukang bangunan dari orang yang Anda percaya. Lihat pula hasil kerjanya sehingga Anda dapat membayangkan bagaimana hasil yang akan diterapkannya pada rumah Anda

Lakukan Pengawasan
Meski Anda telah percaya penuh dengan tukang bangunan yang Anda pilih, tetaplah lakukan pengawasan terhadap kinerjanya. Jika pemilik rumah cenderung lepas tangan maka memperbesar kemungkinan kerja tukang bangunan akan lamban. Jika Anda menemukan ketidaktelitian kerja maka wajib Anda tegur dengan halus.

Rumahku adalah media properti online yang memberikan informasi tentang jual beli dan sewa properti seperti rumah dijual, sewa apartemen, dan lainnya, anda juga dapat dengan mudah memasang iklan rumah dijual gratis di Rumahku.com

Selasa, 15 April 2014

Sebelum Beli Apartemen, Baca Tips Ini


Jakarta - Membangun rumah untuk tinggal di kota besar selalu terbatas oleh ketersediaan lahan. Lahan di kota-kota besar selain terbatas juga memiliki harga yang cukup mahal.

Satu solusi yang tepat untuk mengatasi ketidaktersediaan lahan di lingkungan kota besar adalah dengan membangun atau membeli rumah susun termasuk apartemen sebagai tempat tinggal.

Misalnya di Jakarta telah banyak dibangun rumah susun atau apartemen yang dapat menjadi pilihan Anda untuk tempat tinggal. Membeli rumah susun tidak bisa dilakukan dengan sembarangan. Apabila Anda salah memilih, puluhan juta rupiah bisa melayang sia-sia.

Teliti sebelum membeli rumah susun dengan mempertimbangkan beberapa aspek penting menyangkut beberapa hal seperti perusahaan pembuat bangunan, lokasi, bentuk rumah dan sebagainya.

Membeli rumah susun dapat dilakukan ketika bangunan tersebut sudah jadi atau ketika bangunan tersebut masih dalam proses pembangunan. Berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan ketika akan membeli rumah susun:

Anda bisa mengetahui profesionalisme dari perusahaan pembangun rumah susun secara detail dengan menghubungi Asosiasi Perhimpunan Penghuni Rumah Susun Seluruh Indonesia (APERSSI). Ketahuilah seluk beluk pihak pembangun rumah susun secara detail, maka Anda akan terhindar dari tindakan dari pengusaha rumah susun yang melanggar hukum.
Periksalah surat Hak Guna Bangunan (HGB), surat Izin Prinsip, Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) serta Surat Izin Penggunaan Peruntukan Tanah (SIPPT) sebelum Anda membeli rumah susun. Anda juga perlu memeriksa keaslian dan validitas dari surat-surat tersebut ke instansi terkait yang mengeluarkan surat penting tersebut secara resmi.

Lokasi sangat penting dalam menentukan pembelian rumah tinggal. Anda perlu mengetahui secara pasti apakah lokasi tempat rumah susun tersebut dibangun merupakan kawasan yang rawan banjir atau apakah lokasi rumah susun tersebut berada di kawasan yang ramai.

Jika ingin merasakan ketenangan dalam rumah tinggal Anda, maka hindari membeli rumah susun yang berada di kawasan dekat dengan pusat perbelanjaan atau taman hiburan karena sangat berpotensi ramai kendaraan dan orang-orang yang berkunjung yang sering menyebabkan kemacetan.

Rumahku adalah media properti online yang memberikan informasi tentang jual beli dan sewa properti seperti rumah dijual, sewa apartemen, dan lainnya, anda juga dapat dengan mudah memasang iklan rumah dijual gratis diRumahku.com



Senin, 14 April 2014

Pasar Rumah Segmen di Atas Rp 800 Juta Anjlok


http://images.detik.com/content/2014/04/16/1016/rumah11.jpg
Jakarta -Indonesia Property Watch (IPW) mencatat telah terjadi pergeseran pasar perumahan khususnya dari segmen menengah atas ke segmen menengah di awal 2014. Sehingga pangsa pasar rumah segmen atas turun dari 30% menjadi 15% atau berkurang separuh (50%).

IPW juga mencatat secara umum pasar perumahan rata-rata menurun sampai 49% dari nilai transaksi pada periode yang sama.

Berdasarkan klasifikasi IPW, rumah kelas menengah berada di rentang harga Rp 350-800 juta, kelas bawah di bawah Rp 350 juta dan kelas atas seharga di atas Rp 800 juta.

Direktur Eksekutif IPW Ali Tranghanda mengatakan berdasarkan komposisi penjualan, diperkirakan terjadi pergeseran pasar atas yang terjadi di triwulan I-2014 ke segmen menengah.

"Dibandingkan akhir tahun 2013, pasar segmen menengah atas relatif berkisar 30% dari total nilai transaksi, namun demikian menurun drastis di awal tahun 2014 menjadi 15%," katanya seperti dikutip dari situs resminya, Rabu (16/4/2014)

Menurutnya segmen menengah terjadi peningkatan komposisi dari 30% menjadi 40%. Diperkirakan tren ini akan berlanjut mengingat nilai tanah yang sudah terlalu tinggi bahkan untuk dibangun perumahan menengah atas.

"Sebagian besar pengembang menengah atas lebih tertarik untuk membangun hunian vertikal atau sektor komersial dengan nilai tanah yang sudah tinggi," katanya.
Di segmen pasar bawah, pengembang masih terpatok harga standar untuk fasilitas FLPP yang belum disesuaikan. Banyak pengembang rumah murah yang melakukan strategi pembangunan dengan spesifikasi bangunan yang lebih rendah agar tetap dapat terjangkau oleh daya beli konsumen. 

"Sedangkan sebagian lagi memilih untuk mencoba di segmen menengah dan meninggalkan program rumah FLPP dari pemerintah," katanya.

Pergeseran pasar ini disikapi oleh pengembang dengan mulai membuat tipe-tipe rumah di segmen menengah dengan resizing luas atau membangun rumah-rumah dari tipe besar ke yang lebih kecil.

Berdasarkan Bank Indonesia (BI) segmen perumahan tapak (landed house) terbagi menjadi 3, yaitu Tipe rumah kecil hingga berukuran 36 m2, tipe rumah menengah dari 36 m2 hingga 70 m2 sedangkan rumah tipe besar di atas 70 m2.

BI juga telah mengeluarkan revisi aturan loan to value (LTV) terkait kepemilikan rumah kedua dan ketiga. Dari aturan tersebut, diharapkan para pengembang properti lebih banyak membangun rumah kecil dan menengah. Aturan LTV ini mengatur uang muka (DP) KPR rumah ukuran di atas 70 m2 (segmen atas) harus minimal 30%.

Minggu, 13 April 2014

Harga Ruko di Mangga Dua Square Rp 500 Juta/Meter Persegi


http://images.detik.com/content/2014/04/05/1016/manggadua.jpgFoto: Mangga Dua Square (Dewi-detikFinance)
Jakarta -Harga properti di Indonesia masih terus meningkat, termasuk properti komersial seperti ruko. Di Mangga Dua Square misalnya, harga jual ruko dalam 2 tahun terus menanjak hingga 100%. Saat ini, harga jual ruko tersebut Rp 500 juta per meter persegi.

Tak hanya harga jual, harga sewa ruko di lokasi tersebut naik. Saat ini, kisaran harga sewa ruko di tempat tersebut Rp 100 ribu hingga Rp 500 ribu per meter persegi per bulan. Rata-rata luas ruko di Mangga Dua Square adalah 7-10 meter persegi.

"Dua tahun terakhir naik cukup signifikan, 50-100% harga sewa dan jual. Harga sewa sekarang Rp 100 ribu-Rp 500 ribu per meter persegi per bulan. Harga jual Rp 100 juta-Rp 500 juta per meter persegi," kata General Manager Mangga Dua Square Shindywati saat acara Pers Gathering Enjoy Gathering Mangga Dua Square 2014, di Mangga Dua Square, Jakarta, Sabtu (5/4/2014).

Dia menjelaskan, harga properti saat ini terus mengalami pertumbuhan, bahkan dalam beberapa tahun ke depan diperkirakan mengalami kenaikan hingga 100-150%. Tingginya harga properti ini tidak menurunkan minat pembeli. Saat ini, okupansi Mangga Dua Square sudah mencapai 90%.

"Kiosnya sudah terjual 90%, harga sewa atau pun jual unit di sini selalu meningkat, harapannya ke depan bisa naik 100-150%," kata dia.

Di tempat yang sama, Direktur Operasional Mangga Dua Square Anthonius Chandra menambahkan, dari sisa okupansi yang ada, saat ini sudah ada sekitar 200-300 pedagang elektronik Harco Glodok mengisi tenan Mangga Dua Square.

Saat ini, total pengunjung mencapai 50 ribu orang per hari di hari biasa dan 70 ribu orang di hari libur.

"Pengunjung kita saat ini lebih dari 50 ribu per hari kalau weekdays, dan 70 ribu per hari kalau weekend. Sekarang kan pedagang dari Harco Glodok ada sekitar 200-300 an yang pindah ke sini, harapannya pengunjung bisa naik 10-20% per hari," jelas dia.
(drk/dnl) 

Sabtu, 12 April 2014

300 Pedagang Elektronik Harco Glodok Pindah ke Mangga Dua Square


http://images.detik.com/content/2014/04/05/1016/141643_manggadua.jpg
Jakarta -Pusat penjualan electronic Harco Glodok saat ini tengah direnovasi. Sedikitnya 300 pedagang elektronik dari pusat penjualan electronic Harco Glodok tersebut pindah ke Mangga Dua Square.

Direktur Operasional Mangga Dua Square Anthonius Chandra mengatakan, ada sekitar 200-300 pedagang elektronik Harco Glodok berpindah dan mengisi tenan Mangga Dua Square.

"Harco Glodok sedang direnovasi. Maka itu, kami ngajak mereka untuk berpartisipasi mengisi tenant kami dan kita support. Ada sekitar 200-300 pedagang Harco Glodok pindah ke sini," kata dia saat acara Pers Gathering Enjoy Gathering Mangga Dua Square 2014, di Mangga Dua Square, Jakarta, Sabtu (5/4/2014).

Dengan penambahan ratusan pedagang Harco Glodok yang pindah ke Mangga Dua Square ini, diharapkan total pengunjung bisa meningkat hingga 20%.

Saat ini, total pengunjung mencapai 50 ribu orang per hari di hari biasa dan 70 ribu orang di hari libur.

"Pengunjung kita saat ini lebih dari 50 ribu per hari kalau weekdays, dan 70 ribu per hari kalau weekend. Sekarang kan pedagang dari Harco Glodok ada sekitar 200-300 an yang pindah ke sini, harapannya pengunjung bisa naik 10-20% per hari," jelas dia.

Saat ini, kata dia, Harco Glodok sedang dilakukan renovasi. Untuk itu, pihaknya mengincar para pedagang Harco Glodok sebagai bagian dari peluang investasi.

"Pedagang elektronik di Harco Glodok banyak yang pindah ke sini karena di sana sedang renovasi. Maka dari itu kami menyediakan tempat untuk bisa menampung mereka," tutupnya.

Jumat, 11 April 2014

Jadi Wilayah Incaran Baru, Harga Tanah di TB Simatupang Rp 45 Juta/Meter


http://images.detik.com/content/2014/04/06/1016/simatupang4.jpg
Jakarta -Beberapa tahun terakhir kawasan Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan berkembang menjadi pusat perkantoran dan bisnis di Jakarta. Harga tanah di kawasan tersebut mencapai Rp 25 juta/meter hingga Rp 45 juta/meter, padahal Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) tanah 2014 di kawasan itu maksimal hanya Rp 15 juta/meter.

Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda mengatakan, pergerakan harga tanah di TB Simatupang sangat pesat. "Saat ini harga tanah bervariasi antara Rp 25-45 juta/meter," kata Ali dalam pernyataan resminya dikutip Minggu (6/4/2014).

Ia mengatakan, kenaikan harga tanah saat ini menjadi terlalu tinggi mengingat sebenarnya wilayah TB Simatupang merupakan wilayah resapan dengan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) rendah antara 20% atau paling tinggi 40%.

"Dengan harga yang tinggi menjadikan investasi di sini harus diwaspadai, karena harga akan menjadi terlalu tinggi," katanya.

Ali mengakui, wilayah TB Simatupang dalam setahun terakhir telah menjadi incaran para pelaku bisnis properti. Posisinya yang relatif dekat dengan Pondok Indah serta aksesibilitas tol yang memadai menjadikan wilayah ini strategis. Dalam dua tahun ke depan diperkirakan akan muncul 16 proyek baru dengan total luas lebih kurang 200.000 m2.

"Pamor TB Simatupang bersinar diperkirakan karena belum ada lagi wilayah-wilayah lain yang dapat menjadi pemekaran dari CBD Jakarta. Sentra Primer Jakarta Barat pun belum menunjukkan perkembangan yang signifikan, meskipun secara lokasi tidak kalah dengan TB Simatupang," jelas Ali.

Ali mengatakan, akses jalan tol menjadi faktor utama berkembangnya kawasan TB Simatupang, namun tidak disertai dengan kondisi lebar jalan di jalan arterinya. Dengan semakin menumpuknya gedung perkantoran dan apartemen di sana, maka dikhawatirkan beban jalan menjadi tidak memadai, belum lagi banyaknya penyempitan jalur jalan di beberapa titik. Saat ini saja telah terjadi kemacetan.

"Pemprov DKI Jakarta pun seharusnya lebih ketat dalam memberikan izin karena berkaitan dengan daerah resapan. Karena disinyalir ada beberapa gedung di sana yang melewati batas KDB yang ada," katanya.
(hen/rrd) 

Kamis, 10 April 2014

Pengembang Australia Ini Jual Apartemen Rp 30 M ke Orang RI


http://images.detik.com/content/2014/04/07/1016/crown.jpgFoto: Apartemen Crown
Jakarta -Pengembang properti Australia, yaitu Crown Group memasarkan 4 proyek apartemen besar kepada pembeli di Indonesia. Harga apartemen yang ditawarkan berkisar Rp 5-30 miliar.

Crown Group yang dipimpin oleh pengusaha kelahiran Surabaya Iwan Sunito, tengah memasarkan 4 apartemen kelas premium yang berlokasi di Sydney, Australia.

"Ada 4 proyek yang kita akan pasarkan di Indonesia, ada Viva, Sky, V Paramata, dan Viking," kata Crown Group Country Director of Indonesia, Michael Ginarto di acara temu wartawan di Restoran Seribu Rasa, Jl KH Agus Salim, Jakarta, Senin (7/4/2014).

Michael merinci, proyek pertama adalah Viva, apartemen tersebut berjumlah 653 unit dan tersisa 80 unit. Lalu ada V by Crown tersisa 229 unit dari 519 unit. Ada juga Viking yang tersisa 4 unit jenis penthouse kelas premium. Yang terakhir adalah Sky yang tersisa 10 unit dari 248 unit.

"Jadi 4 proyek itu berkisar antara Rp 5 miliar sampai Rp 30 miliar juga ada," katanya.

Keempat proyek tersebut akan dipasarkan pada 12 April 2014, di Hotel Grand Hyatt, Jakarta. Selain di Jakarta, ke depan pameran juga akan dilakukan di kota-kota besar di Indonesia lainnya.

Selain 4 proyek ini perusahaan raksasa properti di Australia ini pun akan mengembangkan proyek besar bernilai triliunan lain di Australia, dan juga Indonesia.

Rabu, 09 April 2014

Orang Tiongkok dan RI Paling Banyak Beli Properti di Sydney


http://images.detik.com/content/2014/04/07/1016/172100_crown.jpg
Jakarta -Dari sejumlah investor asing yang membeli properti di Sydney, Australia, paling banyak adalah pembeli dari Tiongkok. Lalu nomor dua diikuti pembeli dari Indonesia.

Crown Group Country Director of Indonesia Michael Ginarto menyebutkan, dari total investor asing yang memiliki hunian apartemen di Sydney, investor dari Tiongkok mendominasi paling banyak, disusul investor dari Indonesia.

"Yang nomor satu itu Tiongkok, kedua Indonesia sekitar 20%, yang Tiongkok lebih banyak dari Indonesia," terang Michael saat diskusi dengan wartawan di Restoran Seribu Rasa, Jl KH Agus Salim, Jakarta, Senin (7/4/2014).

Namun, Michael tidak menyebutkan berapa banyak investor dari Tiongkok yang memiliki properti di negeri Kanguru tersebut.

Michael menyebutkan, orang-orang kaya di Indonesia yang membeli proyek properti di Australia memiliki dua alasan. Pertama adalah karena kebutuhan, kedua adalah untuk investasi.

"Investor beli karena anak-anaknya mau sekolah di sana. Itu untuk kebutuhan, tapi tidak ada 50% (dari jumlah pembeli)," kata Michael.

Michael melanjutkan, lebih banyak jumlahnya untuk investor yang membeli properti di Australia, khususnya Sydney, untuk tujuan investasi.
"Lebih dari 60-70% itu investor nyari untung. Kalau investasi properti dengan perencanaan itu lebih menguntungkan. Kita bayar hari ini, jualnya dua tahun lagi. Orang Indonesia itu sudah pintar," tambah Michael.

Regulasi yang mengatur kepemilikan rumah di Australia pun tak serumit di Indonesia. Kemudahan itu pun dirasakan masyarakat setempat ataupun orang asing yang ingin membeli properti di sana.

Michael mengatakan, investor asing yang ingin membeli properti di Australia hanya tinggal menunjukan paspor dan bukti penghasilan per tahun. Menurutnya, rata-rata syarat penghasilan per tahun AUD 60.000.

"Kalau di sini, kartu keluarga, KTP, slip gaji, rekening koran, surat keterangan. Di sana cuma paspor sama keterangan penghasilan. Nggak ribet, nggak njelimet," paparnya.

Crown Group adalah perusahaan pengembang properti yang telah membangun banyak proyek di Sydney Australia.

Selasa, 08 April 2014

Harga Rumah Sudah Tak Wajar, BCA Rem Kucuran Dana di KPR


http://images.detik.com/content/2014/04/07/1016/152637_rumahmurah.jpeg
Jakarta -PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) memperlambat atau mengerem kucuran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada tahun 2014. Pengereman ini merujuk pada penetapan aturan besaran uang muka atau loan to value yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI).

"Karena memang dari regulator kan arahannya gitu. Kalau LTV dinaikkin memang harus diredam, kalau nggak harga properti nggak karuan nanti," kata Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan BCA di Bali Room, Hotel Kempinski, Jakarta, Senin (7/4/2014).

Jahja menegaskan peningkatan besaran uang muka dan pengereman penyaluran KPR umum terjadi pada saat harga properti sudah tidak rasional. Hal ini juga diterapkan di negara tetangga seperti Singapura.

"Saya kira di negara lain juga gitu. Kayak di Singapura. Kalau sudah harga properti meningkat tinggi DP KPR biasanya dinaikkin untuk meredam supaya seimbang," jelasnya.

Pada kesempatan itu, Jahja juga menjelaskan pada triwulan I hingga II permintaan dan penyaluran kredit oleh BCA bakal stabil. Namun belajar dari pengalaman dari tahun ke tahun, kenaikan akan terjadi pada triwulan III dan IV.

"Triwulan I kan biasanya permintaan kredit agak melambat. Mungkin kita perkirakan akan flat dulu. Mungkin nanti di triwulan III kali ya atau IV kalau memang seperti target 15% kenaikan kredit," jelasnya.

BCA pada tahun buku 2013 menyebar dividen senilai Rp 2,9 triliun kepada pemegang saham. Dividen ini setara dengan 20,7% dari perolehan laba bersih BCA pada tahun 2013. Laba bersih BCA pada tahun 2013 senilai Rp 14,3 triliun. Total dividen yang dibayarkan per lembar saham menjadi Rp 120.

Senin, 07 April 2014

Tiongkok Anggarkan Rp 190 Triliun untuk Program Rumah Murah


http://images.detik.com/content/2014/04/06/1016/161749_chinarumah.jpghunian di Shanghai/detikFinance
Jakarta -Pemerintah Tiongkok menganggarkan dana ratusan triliun rupiah untuk program rumah atau hunian yang terjangkau bagi rakyatnya. Tahun ini pemerintah menyiapkan 115,8 miliar yuan atau US$ 18,6 miliar sekitar Rp 190 triliun.

Demikian laporan 21st Century Business Heraldseperti dikutip China daily,Minggu (6/4/2014)

Anggaran khusus ini juga termasuk untuk subsidi program rumah berbiaya sewa murah dan renovasi hunian di kawasan-kawasan kota kecil di Tiongkok.

"Angka ini mengalami peningkatan 14,3% dari anggaran tahun lalu," jelas laporan tersebut.

Program rumah subsidi di Tiongkok menjadi agenda utama pemerintah beberapa tahun terakhir sebagai dampak melonjaknya harga rumah di banyak kota di Tiongkok.

Berdasarkan laporan kerja pemerintah Tiongkok yang dikeluarkan awal tahun ini, pemerintah Negeri Tirai Bambu tersebut berjanji meningkatkan pasokan rumah yang terjangkau dan targetnya bisa mencapai 7 juta unit terbangun, termasuk untuk 4,7 juta rakyat Tiongkok yang tinggal di hunian-hunian skala kecil.

Bandingkan dengan anggaran perumahan subsidi di Indonesia. Tahun ini, jumlah anggaran untuk Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) baru sekitar Rp 4,6 triliun. Di Indonesia juga ada program sumah susun sederhana sewa (Rusunawa) yang tarif sewanya murah, dalam jumlah terbatas.

Minggu, 06 April 2014

Ketika Rumah Seharga Rp 1 Miliar Dinilai Normal Saat Ini


http://images.detik.com/content/2014/03/27/1016/161110_rumah.jpg
Jakarta -Saat ini harga rumah dengan harga miliaran sudah menjadi harga yang tidak tabu, terutama di kota besar seperti Jakarta.

Direktur LJ Hooker Indonesia, Oka M Kauripan menilai bahwa harga rumah 1 miliar merupakan sebuah titik normal baru untuk harga rumah di Indonesia mengingat harga rumah yang terus tumbuh. Menurut Oka pada tahun 2013 yang lalu penjualan properti di HJ Hooker rata-rata berkisar Rp 1,3 miliar.

"Rp 1 miliar titik normal baru keluarga muda profesional. Harga naik tapi nggak bikin kolaps karena dibarengi dengan kelas menengah kita, itungin aja jumlah Starbucks dan Burger King. Itu tanda kelas menengah tumbuh terus," ungkapnya pada saat media gathering di Annex Building, Jakarta (27/3/2014).

Oka menambahkan bahwa pertumbuhan industri properti di Indonesia selalu mengalami pertumbuhan sementara negara-negara yang lainnya mengalami stagnan seperti Australia, Selandia Baru dan Denmark.

"Beberapa tahun terakhir Australia, Selandia Baru, Denmark stagnan pertumbuhan propertinya, sedangkan Indonesia tumbuh terus setiap tahunnya. Baru pada tahun ini Australia, Selandia dan Denmark mulai naik sementara Indonesia mulai slow down. Indonesia akan slow down tapi tidak di semua kawasan, di tahun 2016 harga-harga akan naik kembali," imbuhnya.

Dengan harga properti yang akan terus mengalami pertumbuhan meskipun lambat, maka Oka menyarankan bagi yang akan investasi properti untuk mencari properti dengan lokasi yang strategis kemudian ditahan hingga 5 tahun agar mendapat lonjakan harga yang tinggi.

"Kalau ada yang mau invest properti pilih dengan tempat strategis dan di tahan selama 5 tahun. Karena sekarang tidak bisa lagi mendapatkan keuntungan cepat," tambahnya.

Oka menambahkan bahwa pada tahun 2013 LJ Hooker mampu mentransaksikan lebih dari 2,600 unit properti dengan 65% berupa secondary market dengan nilai total investasinya mencapai Rp 3,6 triliun, yang sebagian besar berasal dari Tangerang dan Bekasi.

"Kenaikan dari tahun 2012 Rp 3,2 triliun, 2013 hampir Rp 3,6 triliun target kita Rp 4 triliun (sales) tahun ini tumbuh 10% itu sudah saya anggap baik. Tahun lalu jumlah transaksi lebih dari 2,600 unit properti yang 65% berasal dari secondary market," pungkasnya.
(dru/dru)